Pengaruh dan Keterkaitan Bahasa Terhadap
Pendidikan Karakter
oleh Pheni Cahya Kartika,S.Pd
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Kartika0207@yahoo.com
ABSTRAK
Bahasa adalah budaya. Ini yang selama ini menjadi sorotan masyarakat, bahasa merupakan ciri dari budaya suatu daerah atau personal yang ada dalam diri seseorang. Berbahasa dengan baik, baik pula kepribadian dan pendidikan sesorang. Lalu bagaimana jika budaya salah satu masyarakat menjadi suatu hal yang sulit diterima masyarakat, bisa jadi karena salah satu faktor yaitu bahasa yang kurang tepat, dan itu bisa saja terjadi pada anak didik kita, jika tidak ditanamkan dari awal pentingnya ketepatan bahasa maka akan besar pengaruhnya terhadap budaya mereka dan pendidikannya kedepan. Pendidikan sebagai tumpuhan pembentukan mental anak, haruslah dirancang sesuai kebutuhan kejiwaannya. Penanaman nilai dalam suatu pendidikan harus diterapakan, Pentingnya pendidikan karakter yang memasukkan unsur nilai penting seperti budi pekerti, pengetahuan, tindakan, dan kesemua itu dilakukan dengan tingkat kesadaran yang tinggi. Pada anak usia dini dianggap sebagai suatu hal penting. Penanaman sejak dini memberikan dampak besar bagi anak kedepannya, dengan harapan mental dan sikap anak cukup baik dalam menghadapai tantangan hidup
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam berkomunikasi bahasa merupakan suatu keharusan dan modal yang mampu menunjukkan identitas diri. Baik dari situasi formal maupun non formal. Bahkan bahasa yang dianggap sebagai budaya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak anak usia dini. Seseorang mulai mengenal bahasa sejak di lingkungan keluarga, kemudian berlanjut ke lingkungan sekolah, dan masyarakat. Ini semua yang disebut lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan anak, karena proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu yang berhubungan dengan ruang dan waktu, karena hal tersebut lingkungan pendidikan harus diciptakan efektif dan semenarik mungkin terlebih mampu memberikan kontribusi lebih terhadap siswa, lalu bagaimana proses pendidikan yang berlangsung diluar sekolah, tentu saja besar pengaruhnya, lingkungan masyarakat terutama, selain di keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai keberadaannya, tim MKDK IKIP Surabaya menerangkan bahwa lingkungan masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan atau suplement. (1996:147). Namun pendidikan yang ada di lingkungan kita belum mampu memberikan nilai lebih sehingga mampu membuat seseorang menjadi mudah menghadapi masa depannya dengan baik. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan salah satu untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai nilai mulia, berakhlak, kreatif dan memiliki karakter sesuai budaya bangsa dapat diperoleh melalui penggunaan bahasa yang baik. Seperti yang ditekankan pada pernyataan diatas, bahasa ternyata memiliki peranan dalam pengelolahan dan menciptakan generasi penerus yang memiliki nilai lebih. Dengan alasan itulah perlunya menganalisa lebih jauh bagaimana peran bahasa dalam pendidikan karakter.
1.2 PERMASALAHAN
Penyaji mencoba menganalisis permasalahan tentang pengaruh bahasa terhadap pendidikan karakter antara lain yaitu;
1. Bagaimana kaitan bahasa dalam pendidikan karakter?
2. Bagaimana pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter?
1.3 TUJUAN
Tujuan dalam penelitian ini untuk memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya bahasa sebagai salah satu faktor penanaman pendidikan karakter.
1.4 MANFAAT
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yang pertama yaitu manfaat teoretis dan kedua manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Dari segi teoretis, penelitian ini dapat menyingkap makna yang lebih mendalam tentang pentingnya nilai nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter khususnya para pelajar maupun masyarakat luas, sebab pendidikan merupakan masalah dasar yang amat penting dan bernilai dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu pemakalah berharap ini menjadi suatu konsep yang bersifat pengabdian masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini sangat bermanfaat antara lain
a. Bagi pendidik yang berorientasi pada pemberian pendidikan baik dilingkungan formal maupun non formal
b. Memberikan informasi pada masyarakat yang memperhatikan dunia pendidikan dan tentang manfaat yang diperoleh dari bahasa
c. Menunjukkan pula pada masyarakat terutama orang tua tentang pentingnya pemahaman secara mendalam yang terkandung pada sebuah bahasa, dengan harapan lebih banyak lagi masyarakat yang menggunakan bahas sebagai salah satu media pembentukan karakter yang baik, dikehidupan sosial pada umumnya.
d. Peneliti berharap bahwa dengan adanya penggunaan bahasa yang baik, mampu dimanfaatkan sebagai penanaman nilai-nilai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kedudukan dan fungsi bahasa dalam dunia pendidikan
Bahasa selain menunjukkan budaya tetapi juga kecerdasan personal seseorang (intelegensi linguistic). Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Keraf (1980:03) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Empat fungsi yang diungkapkan Keraf diatas, salah satunya menunjukkan cara yang bisa dikatagorikan sebagai lingkungan pendidikan yaiu masyarakat. Didalam lingkungan daerah yang terisolir maupun daerah yang jauh dari pusat kota, pendidikan diluar sekolah tentu saja yang berada dalam masyarakat sangat dibutuhkan, karena bagi daerah seperti ini lingkungan pendidikan yang menediakan ilmu pengetahuan, keterampilan, atau performans yang berfungsi dapat menggantikan pendidikan dasar utama. Pada ketetapan MPR nomor IV/MPR/1988 tentang garis garis besar haluan Negara pada bab IV yaitu pola umum pelita ke lima bagian pendidikan berbunyi sebagai berikut: “ Pendidikan merupakan proses budaya, untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia” pendidikan berlangsung seumur hdup dan dapat dilaksanakan didalam Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sumarsono dan Paini Partana dalam Sosiolinguistik (2006, hal) menyatakan bahwa bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Zainuddin juga mengutaran bahwa Bahasa diperoleh dengan belajar, maksudnya tiap orang belajar bahasa dari semenjak anak anak, dan lingkungan yang terdekat dan mampu memberikan pendidikan bahasa salah satunya lingkungan keluarga. (1985:19)
2.2. Penanaman pendidikan karakter melalui bahasa
Seiring perkembangan zaman yang terus berubah, memaksa pendidikan yang dinilai mempunyai peran besar harus pandai berinovasi, Hamidjojo mengemukakan hal – hal yang memaksa adanya inovasi pendidikan antara lain
1. Besarnya eksploasi pendidikan
2. Melonjaknya anspirasi dikalangan masyarakat luas, menambah makin berat dan besarnya keperluan penduduk yang lebih baik
3. Kurangnya sumber
4. Kelemahan sistem
5. Belum mekarnya alat organisasi efektif (Tim MKDK IKIP Surabaya, 1996:245)
Oleh sebab perihal tersebut, adanya inovasi dalam perbaikan pendidikan di negara kita antara lain dengan adanya pendidikan karakter, Koesuma dalam artikelnya menyatakan tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter seperti inilah, kualitas seseorang secara pribadi mampu diukur. http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm
Pendidikan berbasisi karakter merupakan salah satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruh penanaman karakter pada anak dianggap sebaga hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter, (1) Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. (2) Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. (3) Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.(4) keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan format seorang pribadi dalam segala tindakannya. Pendapat Foerster ini semakin mendukung program pendidikan yang tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang memberdayakan anak dalam pengertian kecerdasan dan keterampilan melainkan program pendidikan juga menadarkan tentang pentingnya menjaga moralitas dan peningkatan kemampuan pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Apabila segala fenomena tentang pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan baik, maka keberhasilan pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan. Dampak yang dinilai sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah Lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika penggunaan bahasa diberikan dengan tepat. Bahasa yang sopan,baik dan tidak mampu membuat anak merasa tertekan. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
Kartomiharjo (1982:1) menguraikan bahwa salah satu butir sumpah pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan,bahasa Indonesia. Dengan dengan demikian bahasa dapat mengikat anggota-anggota masyarakat pemakai bahasa menjadi masyarakat yang kuat, bersatu, dan maju. Lalu bagaimana bahasa mulai bias dikatakan berpengaruh terhapa proses pemberian pendidikan karakter, ada lima slogan yang dikumandangkan oleh para pengamat AM/Moulton, 1961, dalam “ International Congress of Linguistic”, yakni: (a) Bahasa adalah Lisan, bukan tulisan (b) Bahasa adalah seperangkat kebiasaan (c) yang diajarkan adalah bahasa, bukan tentang bahasa (d) bahasa adalah yang diajarkan oleh si penutur asli (e) bahasa adalah berbeda beda. (Subana,2000:23). Dari slogan trsebut ada satu hal yang dianggap berpengaruh penting terhadap pendidikan karakter yaitu bahasa adalah seperangkat kebiasaan, kebiasaan bisa dikatakan adat, dalam situs Wikipedia menyebutkan bahwa adat ialah Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. http://id.wikipedia.org/wiki/Adat
Stevick dalam Sudana menyatakan maksud dari pengajaran bahasa adalah, meningkatkan harga diri, menumbuhkan pikiran positif, meningkatkan pemahaman diri, menumbuhkna keakraban dengan orang lain, dan mampu menemukan kelebihan dan kelemahan diri (2009:28) dari pernyataan tersebut maksud pengjaran bahasa berorientasi pada pemerolehan nilai nilai sesuai pendidikan karak ter yaitu, menumbuhkan pikiran positif dan menumbuhkan keakraban dengan orang lain.
\BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Setelah membaca dan memahami serta menganalisis Pengaruh dan keterkaitan bahasa terhadap pendidikan karakter dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan suatu hal yang dianggap perlu untuk dilaksanakan pada lingkungan pendidikan, karena Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya, sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat di sekitarnya.
2. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan, dan dimulai dari usia anak anak, sehingga penanaman nilai nilai yang diberikan sejak anak anak dinilai lebih maksimal dari pada diberikan pada usia dewasa.
3.2 Saran
Dari makalah ini, harapan untuk selalu memberikan pendidikan berbasis karakter melalui pengajaran bahasa agar terus ditingkakan dan dijadikan suatu rutinitas dalam segala lingkungan pendidikan. Karena terselenggaranya pendidikan di tiga lingkungan sangat memungkinkan penggunaan bahasa memiliki pengaruh yang besar.
Dari cerminan tersebut perlunya pengajaran bahasa dan kaitannya dengan pendidikan dinilai mampu memberikan hal positif dalam pembentukan karakter seseorang melalui pendidikan berbasis karakter.
Mempelajari dan mengembangkan bahasa dalam pendidikan sangatlah perlu ditingkatkan, oleh sebab itu kita sebagai pemerhati pendidikan mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai nilai positif serta pembentuka karakter seseorang melalaui bahsa yang baik.
Minggu, 09 Januari 2011
Wajah Pagi Taman Bungkul Surabaya
... Kegiatan rutin pagi selalu menjadi pemandangan biasa.
Tepatnya setiap hari minggu pagi,serasa aktifitas dari berbagai profesi dan tujuan memadati salah satu taman kota yang cukup dikenal masyarakat Surabaya. Taman Bungkul pagi itu cukup ramai, yang bisa kulihat dari mataku aktifitas santai seperti senam masal dengan irama lagu dan instruktur senam yang cukup seksi, lari pagi , bersepeda ria dengan jenis sepeda yang beragam ada yang sepeda kuno versi tahun 45an sampai sepeda modern yang bisa dilipat, tak kalah para penjual makanan, minuman sampai penjajah pakaian olah raga terasa melengkapi taman pagi itu. Bukan itu saja yang menjadi incaran mataku saat itu, ada suatu kesegaran tersendiri bagi sejumlah masyarakat yang beranggapan semua itu adalah refresing diri dari segala kepenatan. Dari kebiasaan, cara berkomunikasi sampai pada penampilan mereka terbaca bahwa mereka orang sibuk dan berativitas tinggi di kantor, pilihan untuk menyegarkan diri sesaat di taman kota nampaknya menjadi alternatif liburan akhir minggu selain ke luar kota. Namun berbeda halnya dengan para pedagang, jelas mereka bukanlah refresing melainkan meraup rejeki tambahan dari orang orang yang beraktifitas di tempat tersebut. Para penjual nasi pecel pincuk, penjual aneka minuman hangat, penjual aneka kue gorengan, penjual mainan, penjual Koran, penjual Brondong dengan taburan kelapa parut “makanan ringan yang jarang ditemukan” dan sampai para penjual obat obat herbal, seperti pasar jelasnya, namun pagi ini takkan ditemukan di pagi pagi yang lain.
…Si Monyet menjadi rejeki bagi pawangnya,.
Tak kalah dengan yang lainnya, si monyet yang lebih dikenal dengan “Tandak Bhedes” seakan menjadi hiburan tambahan dari aktifitas pagi Taman Bungkul, bagaimana tidak,?? Si monyet beratraksi lucu menirukan pembalap mondar mandir tidak jelas,..yah namanya juga monyet!! Seakan bersaing dengan musik senam masal, si pemain alat musik semakin seru memainkan, kala para penonoton berteriak seru gara gara ulah si monyet yang suka Caper alias Cari Perhatiaan.. selanjutnya, si monyet mengambil sebuah tempat plastik sambil berjalan kesana kemari menyusuri penonton satu persatu dan pastinya penonton memberikan upah atas atraksi lucu si monyet,..Beruntung juga pawang monyet itu.
Wajah Minggu pagi Taman Bungkul kala itu,..090111
Tepatnya setiap hari minggu pagi,serasa aktifitas dari berbagai profesi dan tujuan memadati salah satu taman kota yang cukup dikenal masyarakat Surabaya. Taman Bungkul pagi itu cukup ramai, yang bisa kulihat dari mataku aktifitas santai seperti senam masal dengan irama lagu dan instruktur senam yang cukup seksi, lari pagi , bersepeda ria dengan jenis sepeda yang beragam ada yang sepeda kuno versi tahun 45an sampai sepeda modern yang bisa dilipat, tak kalah para penjual makanan, minuman sampai penjajah pakaian olah raga terasa melengkapi taman pagi itu. Bukan itu saja yang menjadi incaran mataku saat itu, ada suatu kesegaran tersendiri bagi sejumlah masyarakat yang beranggapan semua itu adalah refresing diri dari segala kepenatan. Dari kebiasaan, cara berkomunikasi sampai pada penampilan mereka terbaca bahwa mereka orang sibuk dan berativitas tinggi di kantor, pilihan untuk menyegarkan diri sesaat di taman kota nampaknya menjadi alternatif liburan akhir minggu selain ke luar kota. Namun berbeda halnya dengan para pedagang, jelas mereka bukanlah refresing melainkan meraup rejeki tambahan dari orang orang yang beraktifitas di tempat tersebut. Para penjual nasi pecel pincuk, penjual aneka minuman hangat, penjual aneka kue gorengan, penjual mainan, penjual Koran, penjual Brondong dengan taburan kelapa parut “makanan ringan yang jarang ditemukan” dan sampai para penjual obat obat herbal, seperti pasar jelasnya, namun pagi ini takkan ditemukan di pagi pagi yang lain.
…Si Monyet menjadi rejeki bagi pawangnya,.
Tak kalah dengan yang lainnya, si monyet yang lebih dikenal dengan “Tandak Bhedes” seakan menjadi hiburan tambahan dari aktifitas pagi Taman Bungkul, bagaimana tidak,?? Si monyet beratraksi lucu menirukan pembalap mondar mandir tidak jelas,..yah namanya juga monyet!! Seakan bersaing dengan musik senam masal, si pemain alat musik semakin seru memainkan, kala para penonoton berteriak seru gara gara ulah si monyet yang suka Caper alias Cari Perhatiaan.. selanjutnya, si monyet mengambil sebuah tempat plastik sambil berjalan kesana kemari menyusuri penonton satu persatu dan pastinya penonton memberikan upah atas atraksi lucu si monyet,..Beruntung juga pawang monyet itu.
Wajah Minggu pagi Taman Bungkul kala itu,..090111
Langganan:
Postingan (Atom)