Mendung yang begitu kelabu kemarin, begitu khawatirkan.
teringat pernah ku berteriak seakan memaki,
kilat menyambar, membuatku takut
begitu ingin ku lihat wajah teduhmu,
ibu, kalaulah bisa aku pergi darimu
maka tak akan ku lakukan
meski namaku tak ada lagi dalam doa yang kau panjatkan
Ibuku, bila nanti aku telah belajar menjadi dirimu
maka akan ku sadari betapa bahagianya aku memilikimu,
apakah ibu ingat,
saat masalah telah sangat sesak mendera dadaku,
kau tetap membiarkanku menangis dibalik selimut,
namun kau ambil air wudhu dan bermunajat
kau tahu ibu aku mendengarmu
" Ya Rabb, bahagiakan putriku,
karena setetes air matanya, seperti seperti sayatan luka perihku.."
maka ku hapus air mataku dalam janji, tak akan ada air mata di hadapmu ibu,
maafkan aku ibu, kini aku hanya berani menangis di belakangmu,
ampuni aku ibuku jika suatu hari ketika cinta membawaku jauh darimu,
tapi percayalah ibu, dalam raga yang berjauhan aku belajar menjadi sepertimu
wanita yang begitu sempurna menyanyangi anaknya.
kalaulah tak patut aku menjadi putrimu lagi,
maka tetap ijinkanku tetap menyebut namamu dalam doa dan nafasku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar